Tahap Pencatatan Akuntansi Perusahaan Jasa
SUMBER
BUKTI PENCATATAN
Pernahkah Anda belanja ke toko?
Biasanya kalau ingin ada bukti bahwa Anda telah berbelanja, Anda akan meminta
tanda bukti tersebut, baik berupa catatan biasa atau bentuk yang formal atau
yang sebenarnya. Tanda bukti tersebut dipakai sebagai sumber pencatatan yang
merupakan dokumen sumber dalam proses siklus akuntansi.
Kalau digambarkan siklus akuntansi pada tahap pencatatan akuntansi perusahaan
jasa adalah sebagai berikut
MACAM-MACAM
BUKTI PENCATATAN
A. Bukti Transaksi Intern
Bukti transaksi intern adalah bukti transaksi yang khusus dibuat oleh intern
dan dibuat untuk intern perusahaan. Yang termasuk bukti intern adalah sebagai
berikut.
1. Bukti Kas Masuk
Bukti kas masuk adalah tanda bukti bahwa perusahaan telah menerima uang secara
cash atau secara tunai.
Coba Anda perhatikan contoh bukti kas masuk berikut ini!
2. Bukti Kas Keluar
Bukti kas keluar adalah tanda bukti bahwa perusahaan telah mengeluarkan uang
tunai, seperti pembelian dengan tunai atau pembayaran gaji, pembayaran utang
atau pengeluaran-pengeluaran yang lainnya. Untuk lebih memahami, coba Anda
perhatikan contoh di bawah ini.
3. Memo
Apa yang dimaksud dengan memo? Memo adalah bukti pencatatan antar bagian atau manager
dengan bagian-bagian yang ada di lingkungan perusahaan. Coba Anda perhatikan
contoh di bawah ini!
B.
Bukti Transaksi Ekstern
Setelah Anda mempelajari bukti transaksi intern barangkali telah memahaminya,
mari kita lanjutkan materi kita yang berhubungan dengan bukti transaksi
ekstern. Bukti transaksi ekstern adalah bukti pencatatan transaksi yang
berhubungan dengan pihak di luar perusahaan. Misalnya kuitansi, faktur, nota
kontan, nota debet, nota kredit dan cek.
1. Faktur
Faktur adalah tanda bukti telah terjadi pembelian atau penjualan secara kredit.
Faktur dibuat oleh penjual dan diberikan kepada pihak pembeli. Bagi penjual
faktur yang diterima disebut faktur penjualan. Biasanya faktur dibuat rangkap
sesuai dengan kebutuhan. Lembaran pertama untuk pembeli, lembaran kedua untuk
penjual dan lembaran ketiga untuk arsip.
Perhatikan contoh faktur berikut ini:
2. Kuitansi
Yang
dimaksud dengan kuitansi adalah bukti penerimaan sejumlah uang yang ditanda
tangani oleh penerima uang dan diserahkan kepada yang membayar sejumlah uang
tersebut.
Lembaran kuitansi terdiri dari 2 bagian, bagian sebelah kanan diberikan kepada
pihak yang membayar dan bagian kiri yang tertinggal disebut soice (dibaca sus)
sebagai arsip penerima uang. Untuk lebih memahami, perhatikan contoh di bawah
ini:
Untuk
lebih jelas lagi, coba Anda beli buku kuitansi, biasanya tersedia di toko-toko
dan amati dengan sungguh-sungguh. Apabila Anda sudah memahami tentang bukti
transaksi yang disebut kuitansi, baiklah kita lanjutkan ke bukti transaksi
ekstern lainnya.
3. Nota
Apa yang dimaksud dengan nota? Nota adalah bukti atas pembelian sejumlah barang
secara tunai. Nota dibuat oleh pedagang dan diberikan kepada pembeli. Biasanya
nota dibuat rangkap dua, satu lembar untuk pembeli dan lembaran kedua untuk
penjual.
Perhatikan contoh nota di bawah ini!
Setelah
Anda mempelajari bukti pencatatan yang disebut nota, kita lanjutkan dengan
bentuk yang lainnya yaitu:
4.
Nota Debet
Nota debet adalah bukti perusahaan telah mendebet perkiraan langganannya disebabkan
karena berbagai hal.
Nota debet dikirimkan oleh perusahaan kepada langganannya karena barang yang
dibeli dikembalikan, bisa disebabkan rusak atau tidak sesuai dengan pesanan dan
penjual setuju barangnya diterima kembali atau harganya dikurangi.
Perhatikan contoh Nota Debet berikut ini!
5. Nota Kredit
Apa yang dimaksud dengan nota kredit? Nota kredit adalah bukti bahwa perusahaan
telah mengkredit perkiraan langganannya yang disebabkan oleh berbagai hal. Nota
kredit dikirimkan oleh perusahaan kepada langganannya sehubungan barang yang
dijual tidak cocok atau rusak, untuk itu penjual setuju menerima barangnya.
Perhatikan contoh Nota Kredit di bawah ini:
6. C e k
Apakah Anda sudah pernah mendengar apa yang dimaksud dengan cek? Dan pernahkah
Anda melihat bagaimana bentuknya? Yang dimaksud dengan cek adalah surat
perintah yang dibuat oleh pihak yang mempunyai rekening di Bank, agar Bank
membayar sejumlah uang kepada pihak yang nemanya tercantum dalam cek tersebut.
Pihak-pihak yang berhubungan dalam pengeluaran cek tersebut adalah:
- Pihak penarik, yaitu pihak yang mengeluarkan dan menandatangani cek tersebut.
- Pihak penerima, yaitu pihak yang menerima pembayaran cek tersebut.
Untuk lebih jelasnya, coba perhatikan contoh di bawah ini.
ANALISIS
BUKTI TRANSAKSI
Setelah
Anda mempelajari bukti transaksi, kita lanjutkan untuk menganalisa bukti
transaksi. Setiap bukti transaksi yang akan dicatat ke dalam jurnal perlu
dianalisa atau diteliti terlebih dahulu. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
menganalisa transaksi adalah sebagai berikut:
1. Tentukan perkiraan apa saja yang dipengaruhi oleh transaksi tersebut.
2. Tentukan pengaruh penambahan dan pengurangan terhadap harta, utang, modal,
pendapatan dan beban.
3. Tentukan debet/kredit dari akun yang bersangkutan.
4. Tentukan jumlah yang harus di debet atau di kredit.
Dari setiap transaksi akan mempengaruhi paling sedikit dua akun/perkiraan,
yaitu perkiraan di debet dan perkiraan di kredit.
A.
Pengertian Jurnal
Jurnal
berasal dari kata ‘journal’ (bahasa Perancis) yang artinya buku harian.
Jurnal
adalah alat yang digunakan untuk mencatat transaksi perusahaan yang dilakukan
secara kronologis, dengan menunjukkan akun yang harus di debet dan di kredit
beserta jumlahnya masing-masing.
Jurnal
disebut juga ‘book of original entry’ (buku catatan pertama), karena setiap
transaksi yang terjadi dalam perusahaan harus dicatat dahulu dalam jurnal
sebelum dibukukan dalam buku besar.
B.
Fungsi Jurnal
Jurnal
memiliki fungsi sebagai berikut:
1.
Fungsi mencatat
Jurnal
merupakan alat untuk mencatat semua transaksi yang terjadi secara keseluruhan
berdasarkan bukti dokumen yang ada.
2.
Fungsi historis
Jurnal
merupakan alat untuk mencatat semua transaksi yang terjadi sesuai dengan urutan
waktunya (kronologis).
3.
Fungsi analisis
Jurnal
merupakan hasil analisis dari bukti-bukti transaksi sehingga jelas letak debet
/ kredit dari akun yang akan dicatatkan beserta jumlahnya.
4.
Fungsi instruktif
Jurnal
merupakan instruksi atau perintah untuk melakukan pemindahbukuan (posting) ke
dalam buku besar.
5.
Fungsi informatif
Jurnal
memberikan informasi mengenai transaksi yang terjadi sehingga kegiatan
perusahaan terlihat jelas.
C.
Bentuk Jurnal
Secara
umum bentuk jurnal dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
1.
Jurnal Umum
Apabila
transaksi perusahaan masih sedikit, jurnal umum dengan dua kolom, debet dan
kredit, sudah cukup sebagai pencatatan pertama akuntansi.
Jurnal
umum merupakan jurnal yang digunakan untuk mencatat semua jenis transaksi yang
terjadi, dan apabila perusahaan menggunakan jurnal khusus maka jurnal umum
digunakan mencatat transaksi yang tidak dapat dicatatkan ke dalam salah satu
jurnal khusus yang ada.
2.
Jurnal Khusus
Apabila
transaksi perusahaan makin banyak dan berulang kali terjadi dengan frekuensi
yang tinggi seperti pembelian, penjualan, penerimaan kas, dan pengeluaran kas,
diperlukan jurnal khusus untuk melakukan pencatatan transaksi demikian.
Jurnal
khusus merupakan jurnal yang digunakan untuk mencatat setiap transaksi yang
sejenis dan berulang kali terjadi.
Bentuk
Jurnal Umum
Keterangan:
(
1 ) Kolom tanggal digunakan untuk mencatat tanggal, bulan, dan tahun terjadinya
transaksi.
(
2 ) Kolom akun/keterangan digunakan untuk mencatat transaksi yang di debet dan
di kredit, disertai keterangan singkat tentang transaksi tersebut.
(
3 ) Kolom ref. (referensi) digunakan untuk mencatat kode akun ketika ayat
jurnal dipindahkan ke buku besar. Sebelum dipindahkan, kolom ref. tetap dalam
keadaan kosong.
(
4 ) Kolom debet digunakan untuk mencatat nilai transaksi.
(
5 ) Kolom kredit digunakan untuk mencatat nilai transaksi.
(
6 ) Halaman digunakan sebagai ref. pada buku besar.
4.
Langkah-langkah Menjurnal
Kolom
tanggal, diisi sebagai berikut:
a.
Tahun terjadinya transaksi, ditulis di bagian atas pada setiap halaman.
b.
Bulan terjadinya transaksi, ditulis di bawah tahun pada setiap hlaman,
c.
Tanggal terjadinya transaksi, ditulis pada baris pertama yang digunakan untuk
mencatat setiap transaksi.
Kolom
akun/keterangan, diisi sebagai berikut:
a.
Akun yang harus di debet, ditulis rapat ke garis kolom tanggal.
b.
Akun yang harus di kredit, ditulis di bawah akun yang di debet, penulisannya
agak ke sebelah kanan.
c.
Penjelasan singkat tentang transaksi. Penjelasan ini dapat ditulis di bawah
setiap ayat jurnal. Untuk setiap transaksi yang sifatnya sudah jelas,
penjelasannya ini biasanya ditiadakan.
Kolom
ref., diisi dengan kode akun yang bersangkutan. Lajur ini digunakan apabila
jumlah debet dan kredit sudah dibukukan pada buku besar yang bersangkutan.
Kolom
debet, diisi dengan jumlah hasil analisis transaksi yang harus dibukukan pada
sisi kiri. Kata debet sering disingkat Dr. yang diambil dari bahasa Latin
“Debere”.
Kolom
kredit, diisi dengan jumlah hasil analisis transaksi yang harus dibukukan pada
sisi kanan. Kata debet sering disingkat Cr. yang diambil dari bahasa Latin
“Credere”.
Contoh:
Transaksi:
1
Januari 2009:
Pemilik
menyetor uang ke dalam perusahaan sebagai modal awal sebesar Rp500.000,00.
Analisis:
Akun
Kas (Harta), bertambah ( debet ) Rp500.000,00
Akun
Modal Pemilik (Modal), bertambah ( kredit ) Rp500.000,00
Penjurnalan:
A.
Pengertian Buku Besar
Buku besar adalah alat yang digunakan untuk untuk mencatat perubahan-perubahan
yang terjadi pada suatu perkiraan tertentu yang disebabkan oleh adanya
transaksi keuangan.
Istilah buku besar identik dengan akun, perbedaannya hanyalah dalam penyebutan.
B. Bentuk Buku Besar
Bentuk buku besar yang dipergunakan suatu perusahaan dapat berbeda-beda dan
disesuaikan dengan kebutuhan.
Bentuk-bentuk buku besar terdiri dari:
|
1.
|
Bentuk T
Bentuk T adalah buku besar berbentuk huruf T. Buku besar ini merupakan buku
besar yang paling sederhana dan paling banyak digunakan, biasaya untuk
keperluan analisis transaksi dan keperluan menjelaskan mekanisme penggunaan akun
dalam pelajaran akuntansi.
Contoh bentuk buku besar T adalah sebagai berikut:
|
|
2.
|
Bentuk Skontro
Bentuk Skontro adalah buku besar berbentuk sebelah-menyebelah atau disebut 2
kolom. Buku besar ini merupakan buku besar bentuk T yang lebih lengkap.
Contoh bentuk buku besar 2 kolom adalah sebagai berikut:
|
|
3.
|
Bentuk Staffel
Bentuk Staffel adalah buku besar berbentuk halaman dan memiliki lajur saldo.
Buku besar ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu buku besar 3 kolom
(memiliki lajur saldo tunggal) dan buku besar 4 kolom (memiliki lajur saldo
rangkap).
Contoh bentuk buku besar 3 kolom
adalah sebagai berikut:
|
C. Cara Melakukan Posting dari Jurnal ke Buku Besar
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam proses posting adalah sebagai
berikut:
1. Pindahkan tanggal kejadian yang ada dalam jurnal ke lajur tanggal pada buku
besar yang bersangkutan.
2. Pindahkan jumlah debet atau jumlah kredit yang ada dalam jurnal ke lajur
debet atau kredit pada buku besar yang bersangkutan. Jika menggunakan buku
besar yang ada lajur saldonya maka langsung dihitung saldonya.
3. Catat nomor kode akun ke dalam lajur referensi sebagai tanda jumlah jurnal
telah dipindahkan ke buku besar.
4. Catat nomor halaman jurnal ke dalam lajur referensi buku besar setiap
pemindahbukuan terjadi.
5. Penjelasan singkat dalam lajur "keterangan" di jurnal, dapat
dipindahkan ke lajur yang sama di buku besar. Kebanyakan penjelasan ini dapat
diabaikan.
Proses posting dapat digambarkan sebagai berikut:
Keterangan:
Garis putus-putus bertanda panah adalah proses pemindahan.
Tahap
Pengikhtisaran Akuntansi Perusahaan Jasa
A.
Pengertian Neraca Saldo
Neraca saldo (neraca sisa / daftar saldo / daftar sisa ) adalah suatu alat yang
digunakan untuk mengumpulkan saldo-saldo akhir yang terdapat dalam
masing-masing buku besar.
B.
Fungsi Neraca Saldo
Neraca saldo berfungsi untuk menguji kebenaran pencatatan transaksi yang
terjadi pada periode tertentu ke dalam jurnal dan ke buku besar dengan cara
menjumlahkan saldo debetnya dan seluruh saldo kreditnya. Apabila jumlah debet
sama dengan jumlah kredit berarti ada kemungkinan pencatatan telah benar,
tetapi jika tidak sama berarti pencatatannya salah.
C.
Bentuk Neraca Saldo
D. Cara Menyusun Neraca Saldo
(
1 ) Lajur nomor akun diisi dengan nomor-nomor akun yang dicatat saldonya.
(
2 ) Lajur nama akun diisi dengan nama-nama akun yang terjadi pada periode
tersebut.
(
3 ) Lajur debet dan kredit diisi dengan saldo-saldo akun.
(
4 ) Jumlahkan kolom debet dan juga kolom kredit.
Contoh:
Berikut
ini adalah buku besar - buku besar yang terdapat pada usaha "Jujur
Service" yang telah selesai di posting untuk bulan Desember 1999:
Jika
data-data di atas disusun dalam bentuk neraca saldo akan tampak sebagai
berikut:
A.
Pengertian Jurnal Penyesuaian
Jurnal penyesuaian adalah jurnal yang dibuat untuk menyesuaikan nilai akun-akun
setiap buku besar yang belum mencerminkan jumlah (saldo) yang sebenarnya.
Tujuan penyesuaian :
- Setiap rekening riil, khususnya rekening aktiva dan rekening utang
menunjukkan jumlah yang sebenarnya pada akhir periode
- Setiap rekening nominal, khususnya rekening pendapatan dan beban menunjukkan
pendapatan dan beban yang seharusnya diakui dalam suatu periode
B. Akun-Akun yang Perlu Disesuaikan Pada Akhir Periode Akuntansi
Tidak semua akun memerlukan jurnal penyesuaian pada akhir periode akuntansi.
Akun-akun yang lazim disesuaikan pada akhir periode akuntansi untuk perusahaan
jasa adalah sebagai berikut:
1. Beban dibayar di muka (prepaid expenses)
2. Pendapatan diterima di muka (deferred revenue)
3. Piutang pendapatan (accrued receivable)
4. Beban yang masih harus dibayar (accrued expense)
5. Pemakaian aktiva tetap (depreciation of fixed asset)
6. Pemakaian perlengkapan
C. Pencatatan Jurnal Penyesuaian
1. Beban dibayar di muka
Beban dibayar di muka adalah transaksi yang pada saat terjadinya dikelompokkan
sebagai harta(aktiva), tetapi akan menjadi beban di kemudian hari. Beban ini
merupakan harta perusahaan yang akan memberikan manfaat di masa yang akan
datang.
Contoh dari akun beban dibayar di muka adalah sewa dibayar di muka, asuransi
dibayar di muka, iklan dibayar di muka, bunga dibayar di muka, dan sebagainya.
Pencatatan beban dibayar di muka dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
- dicatat sebagai harta
- dicatat sebagai beban
Ilustrasi pencatatan:
Pada tanggal 1 Agustus 2008 perusahaan membayar sewa kantor untuk masa dua
tahun sebesar Rp12.000.000,00.
Jika dicatat sebagai harta, maka ayat jurnal pada tanggal 1 Agustus 2008
adalah:
Misalnya akhir periode akuntansi ditetapkan tanggal 31 Desember 2008, sehingga
bagian dari sewa kantor yang telah menjadi beban sampai dengan akhir
periode akuntansi adalah 5 bulan (1 Agustus 2008 - 31 Desember 2008) dengan
nilai sebesar Rp2.500.000,00 (5/24 x Rp12.000.000,00).
Jurnal penyesuaiannya pada tanggal 31 Desember 2008 adalah:
Jika dicatat sebagai beban, maka ayat jurnal pada tanggal 1 Agustus 2008
adalah:
Misalnya akhir periode akuntansi ditetapkan tanggal 31 Desember 2008, sehingga
bagian dari sewa kantor yang belum menjadi beban sampai dengan akhir
periode akuntansi adalah 17 bulan (1 Januari 2009 - 31 Juli 2010) dengan nilai
sebesar Rp9.500.000,00 (17/24 x Rp12.000.000,00).
Jurnal penyesuaiannya pada tanggal 31 Desember 2008 adalah:
2. Pendapatan diterima di muka
Pendapatan diterima di muka adalah transaksi yang sejak awalnya dicatat sebagai
utang (kewajiban), tetapi akan menjadi pendapatan di kemudian hari. Pendapatan
ini timbul karena perusahaan telah menerima pembayaran atas suatu pekerjaan,
tetapi belum menyelesaikan pekerjaan tersebut.
Contoh dari akun pendapatan diterima di muka adalah sewa diterima di muka,
bunga diterima di muka, asuransi diterima di muka, dan sebagainya.
Pencatatan pendapatan diterima di muka dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
- dicatat sebagai utang (kewajiban)
- dicatat sebagai pendapatan
Ilustrasi pencatatan:
Tanggal 1 Agustus 2008 diterima sewa toko untuk masa dua tahun sebesar
Rp12.000.000,00.
Jika dicatat sebagai utang (kewajiban), ayat jurnal pada tanggal 1
Agustus 2008 adalah:
Misalnya periode akuntansi berakhir pada tanggal 31 Desember 2008, bagian dari
sewa yang telah menjadi pendapatan adalah 5 bulan (1 Agustus 2008 - 31 Desember
2008) sebesar Rp2.500.000,00 (5/24 x Rp12.000.000,00), ayat jurnal
penyesuaiannya pada tanggal 31 Desember 2008 adalah:
Jika dicatat sebagai pendapatan, ayat jurnal pada tanggal 1 Agustus 2008
adalah:
Misalnya periode akuntansi berakhir pada tanggal 31 Desember 2008, bagian dari
sewa yang belum menjadi pendapatan adalah 19 bulan (1 Januari 2009 - 31 Juli
2010) dengan nilai sebesar Rp9.500.000,00 (19/24 x Rp12.000.000,00), ayat
jurnal penyesuaiannya pada tanggal 31 Desember 2008 adalah:
3. Piutang pendapatan / Pendapatan yang masih harus diterima
Piutang pendapatan / Pendapatan yang masih harus diterima adalah pendapatan
yang sudah menjadi hak dilihat dari segi waktu tetapi belum dicatat atau
diterima pembayarannya.
Contoh akun pendapatan yang masih harus diterima adalah bunga yang masih harus
diterima (piutang bunga), sewa yang masih harus diterima (piutang sewa), dan
sebagainya.
Ilustrasi pencatatan:
Tanggal 1 November 2008 didepositokan uang ke bank sebesar Rp100.000.000,00
untuk tiga bulan dengan bunga 6% per tahun. Bunga deposito diterima secara
bulanan setiap tanggal 1 bulan berikutnya.
Misalnya periode akuntansi berakhir pada tanggal 31 Desember 2008, pendapatan
bunga untuk bulan Desember 2008 sebesar Rp500.000,00 (=Rp100.000.000,00 x 0,5%)
yang akan diterima tanggal 1 Januari 2009 harus dicatat sebagai pendapatan pada
periode akuntansi tahun 2008, ayat jurnal penyesuaian pada tanggal 31 Desember
2008 adalah:
4. Utang beban / Beban yang masih harus dibayar
Utang beban / Beban yang masih harus dibayar adalah beban yang sudah menjadi
kewajiban dilihat dari segi waktu tetapi belum dicatat atau dilakukan
pembayarannya.
Contoh akun beban yang masih harus dibayar adalah gaji yang masih harus
dibayar, bunga yang masih harus dibayar, dan sebagainya.
Ilustrasi pencatatan:
Tanggal 1 Maret 2008 perusahaan meminjam uang ke Bank sebesar Rp20.000.000,00
dengan bunga 12% per tahun. Bunga dibayar di belakang setiap tanggal 1
September dan 1 Maret.
Misalnya periode akuntansi berakhir pada tanggal 31 Desember 2008, maka beban
bunga yang dibebankan untuk periode akuntansi yang bersangkutan adalah selama
empat bulan (1 September 2008 - 31 Desember 2008) sebesar Rp800.000,00
(=Rp20.000.000,00 x 4/12 x 12%), ayat jurnal penyesuaian pada tanggal 31
Desember 2008 adalah:
5. Penyusutan aktiva tetap
Penyusutan aktiva tetap adalah berkurangnya kemampuan suatu aktiva tetap untuk
memberikan manfaat ekonomis secara berangsur-angsur sejalan dengan perjalanan
waktu.
Contoh akun aktiva tetap adalah peralatan kantor, peralatan toko, kendaraan,
mesin, gedung, tanah, dan sebagainya.
Besarnya nilai penyusutan aktiva tetap dicatat sebagai beban penyusutan aktiva
tetap (D), tetapi tidak langsung dicatat pada aktiva tetap yang bersangkutan
karena aktiva tetap harus dicatat sebesar harga perolehannya, akun yang dipakai
adalah akumulasi penyusutan aktiva tetap (K) yang merupakan akun kontra aktiva
tetap tersebut.
Ilustrasi pencatatan:
Tanggal 31 Desember 2008 dalam neraca saldo terdapat akun Gedung dengan saldo
sebesar Rp350.000.000,00.
Misalnya pada akhir periode akuntansi diputuskan untuk menyusutkan nilai gedung
sebesar 10%, sehingga besarnya beban penyusutan gedung yang ditetapkan pada
periode tersebut sebesar Rp35.000.000,00 (=Rp350.000.000,00 x 10%), ayat jurnal
penyesuaian pada tanggal 31 Desember 2008 adalah:
6. Pemakaian perlengkapan
Perlengkapan adalah barang yang dipergunakan untuk kegiatan perusahaan yang
habis terpakai dalam jangka waktu satu tahun. Pada akhir periode akuntansi
harus dihitung berapa perlengkapan yang sudah terpakai dan berapa perlengkapan
yang masih tersisa.
Contoh akun perlengkapan adalah perlengkapan toko, perlengkapan kantor, dan
sebagianya.
Pencatatan pemakaian perlengkapan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
a. sebagai harta (aktiva)
b. sebagai beban
Ilustrasi pencatatan:
Tanggal 15 Mei 2008 dibeli perlengkapan kantor seharga Rp2.500.000,00 secara
tunai. Pada akhir periode akuntansi tanggal 31 Desember 2008, perlengkapan yang
masih tersisa sebesar Rp750.000,00.
Jika dicatat sebagai harta (aktiva), ayat jurnal pada tanggal 15 Mei
2008 adalah:
Bagian perlengkapan yang sudah terpakai sebesar Rp1.750.000,00 (=Rp2.500.000,00
- Rp750.000,00) ditetapkan menjadi beban, ayat jurnal penyesuaiannya pada
tanggal 31 Desember 2008 adalah:
Jika dicatat sebagai beban, ayat jurnal pada tanggal 15 Mei 2008 adalah:
Bagian perlengkapan yang masih tersisa sebesar Rp750.000,00 belum menjadi
beban, ayat jurnal penyesuaiannya pada tanggal 31 Desember 2008 adalah:
Akun
pendapatan dan beban merupakan akun nominal atau akun sementara yang dibuka
untuk menghitung laba/rugi perusahaan selama satu periode. Akhirnya saldo
laba/rugi dipindahkan (ditutup) ke akun modal, sehingga akun sementara itu
bersaldo nol.
Begitu
juga dengan akun prive merupakan akun sementara yang digunakan untuk menampung
(mencatat) penarikan modal selama satu periode akuntansi. Saldo prive ini juga
dipindahkan (ditutup) ke akun modal.;
Proses
pemindahan akun sementara ke akun modal dicatat dalam jurnal umum yang disebut
dengan jurnal penutup. Setelah selesai jurnal penutup kemudian diposting
(dipindahbukukan) ke dalam buku besar yang sesuai. Sehingga akun buku besar
nominal akan benar-benar bersaldo nol.
Dapatkah Anda
mengambil kesimpulan dari uraian di atas?
Jadi
jurnal penutup adalah pencatatan pemindahan saldo akun nominal (sementara)
berupa pendapatan dan beban ke akun modal melalui ikhtisar laba/rugi, serta
pemindahan saldo akun prive ke akun modal.
Dengan
demikian fungsi jurnal penutup adalah:
a. Menghitung jumlah laba/rugi dari akun pendapatan dan beban.
b. Memindahkan (menolkan) saldo akun sementara ke akun modal untuk pencatatan
periode berikutnya.
c. Menghitung modal akhir periode.
Akun mana
saja yang perlu ditutup?
Sebagaimana yang telah Anda ketahui sebelumnya bahwa ada beberapa akun yang
biasanya perlu ditutup pada akhir periode, yaitu:
a. Akun pendapatan.
b. Akun beban.
c. Akun ikhtisar laba/rugi atau saldo laba/saldo rugi.
d. Akun prive.
Contohnya:
a.
|
Akun
Pendapatan (bersaldo kredit)
Bila ditutup ke akun Ikhtisar Laba/Rugi, maka akun Pendapatan dicatat sebagai
berikut:
|
Pendapatan
|
xxxx
|
|
|
Ikhtisar Laba/Rugi
|
|
xxxx
|
|
|
|
|
|
|
b.
|
Akun
Beban (bersaldo debet)
Bila ditutup ke akun Ikhtisar Laba/Rugi, maka dicatat sebagai berikut:
|
Ikhtisar Laba/Rugi
|
xxxx
|
|
|
Beban
|
|
xxxx
|
|
|
|
|
|
|
c.
|
Akun
Ikhtisar Laba/Rugi atau Saldo Laba/Saldo Rugi
Bila diketahui ada saldo rugi, maka dicatat sebagai berikut:
|
Modal
|
xxxx
|
|
|
Saldo Rugi
|
|
xxxx
|
|
|
|
|
|
Sebaliknya
bila diketahui terdapat saldo laba, maka dicatat:
|
Saldo Laba
|
xxxx
|
|
|
Modal
|
|
xxxx
|
|
|
|
|
|
|
d.
|
Akun
Prive (bersaldo debet)
Akun Prive ditutup ke akun Modal dan dicatat sebagai berikut:
|
A. Pengertian
Neraca Saldo Setelah Penutupan
Neraca
Saldo Setelah Penutupan adalah neraca saldo yang disusun dari akun buku besar
setelah ayat jurnal penutup dicatat.
B. Fungsi
Neraca Saldo Setelah Penutupan
Untuk
memastikan bahwa buku besar telah seimbang, sebelum melakukan pencatatan untuk
periode akuntansi selanjutnya. Tetapi harus diperhatikan bahwa neraca saldo
setelah penutupan hanya terdiri perkiraan neraca saja.
C. Cara Menyusun Neraca Saldo Setelah Penutupan
Bila
digambarkan secara skematis terlihat sebagai berikut:
Tahap
Pelaporan Akuntansi Perusahaan Jasa
A.
Pengertian Laporan Laba-Rugi
Laporan
Laba-Rugi adalah suatu bentuk laporan keuangan yang menyajikan informasi hasil
usaha perusahaan yang isinya terdiri dari pendapatan usaha dan beban usaha
untuk satu periode akuntansi tertentu.
Unsur-unsur laporan laba-rugi, yaitu:
1. Pendapatan
2. Beban
B. Bentuk Laporan Laba-Rugi
Laporan
Laba-Rugi dapat dibuat dalam dua bentuk, yaitu:
1.
Bentuk Single Step atau Langsung
Semua
pendapatan dikelompokkan tersendiri di bagian atas dan dijumlahkan, kemudian
semua beban dikelompokkan tersendiri di bagian bawah dan dijumlahkan. Jumlah
pendapatan dikurangi jumlah beban, selisihnya merupakan laba bersih atau rugi
bersih.
2.
Bentuk Multiple Step atau Tidak Langsung
Pendapatan
dibedakan menjadi pendapatan usaha dan pendapatan di luar usaha, demikian juga
beban dibedakan menjadi beban usaha usaha dan beban di luar usaha. Pendapatan
dan beban usaha disajikan pertama, pendapatan dan beban di luar usaha disajikan
kemudian.
C.
Langkah-langkah Penyusunan Laporan
Laba-Rugi
Beberapa
hal yang harus diperhatikan dalam menyusun Laporan Laba-Rugi:
1.
Judul Laporan
*
Menuliskan nama perusahaan, nama laporan, dan periode laporan di tengah atas
halaman
2.
Isi Laporan
Bentuk
single step:
*
Menuliskan semua pendapatan
*
Menuliskan semua beban
*
Menghitung selisih pandapatan dan beban, jika pendapatan lebih besar dari pada
beban maka selisihnya disebut laba bersih dan jika sebaliknya maka selisihnya
disebut rugi bersih.
Bentuk
multiple step:
*
Menuliskan pendapatan usaha
*Menuliskan
beban usaha
*
Menghitung selisih pandapatan dan beban usaha, jika pendapatan usaha lebih
besar dari pada beban usaha maka selisihnya disebut laba usaha dan jika sebaliknya
maka selisihnya disebut rugi usaha.
*
Menuliskan pendapatan usaha
*
Menuliskan beban usaha
*
Menghitung selisih pandapatan dan beban usaha, jika pendapatan usaha lebih
besar dari pada beban usaha maka selisihnya disebut laba usaha dan jika sebaliknya
maka selisihnya disebut rugi usaha.
*
Menuliskan pendapatan di luar usaha
*
Menuliskan beban di luar usaha
*
Menghitung selisih pendapatan dan beban di luar usaha, jika pendapatan di luar
usaha lebih besar dari pada beban di luar usaha maka selisihnya disebut laba di
luar usaha dan jika sebaliknya maka selisihnya disebut rugi di luar usaha.
*
Menghitung laba (rugi) usaha dengan laba (rugi) di luar usaha, hasilnya disebut
laba (rugi) bersih sebelum pajak.
*
Laba bersih sebelum pajak dikurangi dengan pajak penghasilan yang dikenakan dan
hasilnya disebut laba bersih setelah pajak.
D.
Contoh Laporan Laba-Rugi
Bentuk
Single Step:
A.
Pengertian Laporan Perubahan Modal
Laporan Perubahan Modal adalah suatu bentuk laporan keuangan yang menyajikan
informasi mengenai perubahan yang tejadi pada modal suatu perusahaan untuk satu
periode akuntansi tertentu.
Unsur-unsur laporan perubahan modal:
1. Modal awal
2. Laba (rugi) bersih
3. Setoran (penarikan) pemilik
4. Modal akhir
B. Bentuk Laporan Perubahan Modal
Laporan Perubahan Modal biasanya disusun dalam bentuk staffel.
C. Langkah-langkah Penyusunan Laporan Perubahan Modal
1. Judul Laporan
* Menuliskan nama perusahaan, nama laporan, dan periode laporan di tengah atas
halaman
2. Isi Laporan
* Menuliskan besar modal awal
* Menambahkan dengan saldo laba dan tambahan investasi jika ada
* Mengurangi dengan saldo rugi dan pengambilan prive jika ada
* Menghitung dan menuliskan besar modal akhir
D. Contoh Laporan Perubahan Modal
A.
Pengertian Neraca
Neraca
adalah suatu bentuk laporan keuangan yang menyajikan informasi mengenai
perubahan posisi keuangan berupa harta, utang, dan modal pada suatu perusahaan
untuk satu periode akuntansi tertentu.
Unsur-unsur
neraca:
1. Harta (aktiva)
2. Utang (kewajiban)
3. Modal (ekuitas)
B.
Bentuk Neraca
Neraca
dapat dibuat dalam dua bentuk, yaitu:
1.
Bentuk skontro
Neraca
disusun menjadi dua sisi sebelah-menyebelah, sisi kiri (debit) untuk mencatat
harta perusahaan dan sisi kanan (kredit) untuk mencatat utang dan modal
perusahaan.
2
Bentuk staffel
Neraca
disusun dari atas ke bawah secara berurutan mulai dari harta kemudian diikuti
utang dan modal.
C.
Langkah-langkah Penyusunan Neraca
1.
Judul Laporan
*
Menuliskan nama perusahaan, nama laporan, dan periode laporan di tengah atas
halaman
2.
Isi Laporan
*
Harta disusun berdasarkan tingkat likuiditas, artinya yang paling lancar
ditulis terlebih dahulu, disusul oleh harta yang mudah dicairkan dan akhirnya
harta tetap.
*
Utang disusun berdasarkan tanggal jatuh tempo, artinya utang yang lebih dahulu
jatuh temponya ditulis lebih dahulu, sedangkan utang jangka panjang ditulis
berikutnya.
*
Modal disusun berdasarkan lama tidaknya tertanam di perusahaan, artinya modal
yang paling lama tertanam pada perusahaan ditulis paling akhir.
D.
Contoh Neraca
1.
Bentuk skontro (sebelah-menyebelah)
2.Bentuk
staffel (laporan)
Pengertian
Apa yang dimaksud dengan jurnal pembalik? Jurnal pembalik adalah jurnal yang
dibuat pada awal periode akuntansi berikutnya untuk membalik jurnal penyesuaian
yang menimbulkan perkiraan riil baru.
Jurnal ini bukan merupakan keharusan meskipun tercantum dalam siklus akuntansi.
Jurnal pembalik dibuat dengan tujuan agar pencatatan pada periode berikutnya
dapat dilakukan secara wajar sesuai dengan sistem akuntansi yang dipakai.
Hal-hal yang memerlukan Jurnal Pembalik, antara lain:
1. Beban-beban yang masih harus dibayar.
2. Beban dibayar di muka (bila dicatat sebagai beban).
3. Pendapatan yang masih harus diterima.
4. Pendapatan diterima di muka (bila dicatat sebagai pendapatan).
Untuk lebih jelasnya, mari kita bahas satu-persatu.
1. Beban yang masih harus dibayar
Contoh: Sebuah perusahaan membayar upah mingguan kepada karyawan. Pembayaran
upah senantiasa dilakukan pada hari Sabtu untuk 6 hari kerja @ Rp. 10.000,00 =
Rp. 60.000,00.
Minggu ke I tgl. 06-12-1990 Rp. 60.000,00
Minggu ke II tgl. 13-12-1990 Rp. 60.000,00
Minggu ke III tgl. 20-12-1990 Rp. 60.000,00
Minggu ke IV tgl. 27-12-1990 Rp. 60.000,00
Pada tanggal 27-12-1990 jumlah rekening beban upah adalah Rp. 240.000,00. Pada
tanggal 31-12-1990 waktu menutup buku masih terutang upah 3 hari @ Rp.
10.000,00 = Rp. 30.000,00
Tugas Kempok SIA:
Yossi Belgrado (34109463)
Ibnu Ubaidilah (35109699)
Moch. Sidik Sutrisno (34109770)
Rai Ardinata (31109231)
Yudha Priandoni (34109679)